Tepatnya setahun
lalu penyakit itu menggerogoti orang yang sangat aku sayangi. Berbagai
pengobatan telah dijalani tapi takdir berkata lain. Sering aku teringat semua
memori tentangnya. Terkadang aku bertanya rindukah beliau padaku ? lebih
tepatnya pada kedua putri dan suaminya?
Beliau pasti
merasa sangat bersalah dan sedih karena harus meninggalkan kami. Meninggalkan
kedua putrinya dan belum sempat melihat kedua putrinya menikah dengan pria
pilihannya. Dan meninggalkan seorang suami yang sangat dihormati dan
disayanginya.
Terkadang
jujur saja aku merasa terbebani dengan tanggung jawab yang seharusnya menjadi
tanggung jawab beliau yang dilimpahkan padaku. Mungkin aku tak sesabar beliau
yang mampu mengajarkan hal pada putrinya yang paling kecil. Dan aku tak
sesempurna beliau dalam menjalankan tugasnya.
Pernah suatu
kali adikku yang baru memasuki usia 12 tahun tidak mampu melakukan hal dengan
benar. Aku saat itu hanya bisa memarahinya dan mengomelinya. Malam itu sebelum
tidur ayahku melihatnya menangis, saat ditanya jawabnya “Aku kangen ibu”. Seketika air mata ini tak bisa berhenti
mengalir. Aku merasa jadi kakak yang tidak berguna dan aku telah gagal menjadi
seorang ibu untuknya.
Pernah
berkali-kali aku mengingkari janji yang telah aku buat sebelumya. Aku berjanji
menjemputnya sepulang sekolah tapi aku tak dapat menepatinya. Dan sesampainya
dirumah dia hanya berkata “tidak apa-apa”. Dia berusaha memahami posisiku saat
itu.
Dan untuk saat
ini aku berusaha melindungi dan menjaganya dengan caraku sendiri mungkin tak
seperti ibu yang menunjukkannya dalam bentuk kasih sayangnya. Aku berusaha
memahaminya , aku berusaha selalu ada saat dia butuh, aku berusaha selalu
menjadi orang pertama yang mendengarkan keluh kesahnya, aku akan berusaha
mengawasi segala aktivitasnya, aku berusaha membuatnya senang , aku berusaha
menjadi teman,sahabat dan kakak yang baik untuknya. Mungkin aku tak bisa
menggantikan sosok ibu tapi aku akan berusaha menjadi kakak yang baik. Aku akan
berusaha mengajarkan sikap tanggung jawab dan mandiri padanya mungkin memang
terkadang caraku membuatnya kesal, marah atau jengkel tapi inilah aku. Aku
harap dia bisa mengerti. Aku berusaha menjadi sosok yang teladan untuknya.
Tak dapat
menggantikan sosok seorang ibu bukan berarti aku tak bisa membahagiakannya
bukan ? :)
cie kembaran :)
BalasHapussemangat yaaaa. ini adalah pembelajaran.
disaat orang lain belum mengalaminya kamu sudah belajar terlebih dahulu. itu adalah bekal untuk kehidupan yang akan datang. apa yang kamu alami sedikit banyak juga pernah aku alami. tapi setiap orang memiliki cara tersendiri untuk menghadapi masalah dalam hidupnya. apa pun itu itu juga untuk kebaikannya dan aku pun mulai memahami mengapa dulu dia seperti itu padaku. dan betapa khawatirnya dia ketika aku bepergian jauh darinya. :)
Iya kem :) makasih ya :D
BalasHapusmungkin ini cara allah menyayangiku