Jumat, 14 November 2014

AKU



Tepatnya setahun lalu penyakit itu menggerogoti orang yang sangat aku sayangi. Berbagai pengobatan telah dijalani tapi takdir berkata lain. Sering aku teringat semua memori tentangnya. Terkadang aku bertanya rindukah beliau padaku ? lebih tepatnya pada kedua putri dan suaminya?

Beliau pasti merasa sangat bersalah dan sedih karena harus meninggalkan kami. Meninggalkan kedua putrinya dan belum sempat melihat kedua putrinya menikah dengan pria pilihannya. Dan meninggalkan seorang suami yang sangat dihormati dan disayanginya.

Terkadang jujur saja aku merasa terbebani dengan tanggung jawab yang seharusnya menjadi tanggung jawab beliau yang dilimpahkan padaku. Mungkin aku tak sesabar beliau yang mampu mengajarkan hal pada putrinya yang paling kecil. Dan aku tak sesempurna beliau dalam menjalankan tugasnya.

Pernah suatu kali adikku yang baru memasuki usia 12 tahun tidak mampu melakukan hal dengan benar. Aku saat itu hanya bisa memarahinya dan mengomelinya. Malam itu sebelum tidur ayahku melihatnya menangis, saat ditanya jawabnya “Aku kangen ibu”.  Seketika air mata ini tak bisa berhenti mengalir. Aku merasa jadi kakak yang tidak berguna dan aku telah gagal menjadi seorang ibu untuknya.

Pernah berkali-kali aku mengingkari janji yang telah aku buat sebelumya. Aku berjanji menjemputnya sepulang sekolah tapi aku tak dapat menepatinya. Dan sesampainya dirumah dia hanya berkata “tidak apa-apa”. Dia berusaha memahami posisiku saat itu.

Dan untuk saat ini aku berusaha melindungi dan menjaganya dengan caraku sendiri mungkin tak seperti ibu yang menunjukkannya dalam bentuk kasih sayangnya. Aku berusaha memahaminya , aku berusaha selalu ada saat dia butuh, aku berusaha selalu menjadi orang pertama yang mendengarkan keluh kesahnya, aku akan berusaha mengawasi segala aktivitasnya, aku berusaha membuatnya senang , aku berusaha menjadi teman,sahabat dan kakak yang baik untuknya. Mungkin aku tak bisa menggantikan sosok ibu tapi aku akan berusaha menjadi kakak yang baik. Aku akan berusaha mengajarkan sikap tanggung jawab dan mandiri padanya mungkin memang terkadang caraku membuatnya kesal, marah atau jengkel tapi inilah aku. Aku harap dia bisa mengerti. Aku berusaha menjadi sosok yang teladan untuknya. 

Tak dapat menggantikan sosok seorang ibu bukan berarti aku tak bisa membahagiakannya bukan ? :)

Kamis, 23 Oktober 2014

MERINDUMU



Merindukan sosok yang tak akan pernah kembali. Rindu senyumannya ,Rindu tawa renyahnya, Rindu saat sosok itu mengejekku dengan candaan khasnya, Rindu saat menghabiskan waktu hanya berdua dengannya.

Yang selalu terekam dalam memori otakku, saat sosok itu menceritakan masa lalunya yang slalu diulang-ulang tapi aku tak pernah merasa bosan mendengarnya. Sosok itu slalu tersenyum indah saat menceritakannya. 

Rindu perhatiannya, Rindu kekhawatiran yang slalu ditunjukkan saat aku tak ada disampingnya, Rindu saat mendengar cerita khayalannya tentang masa depan kami. Membayangkan betapa indahnya hidup kami nanti. Membayangkan kami anak-anaknya menikah dan memberikannya cucu , dan sosok itu akan dipanggil dengan sebutan “NENEK”.

Rindu omelannya ,Rindu saat sholat berjamaah dengannya, Rindu saat sosok itu meminta kami untuk mendoakannya cepat sembuh , Rindu sikap manja serta rengekannya yang ingin dituruti sebelum sosok itu pergi menghadapnya , Rindu semuanya.....

Banyak moment yang terukir indah bersamanya. Yang takkan pernah terlupakan dan akan terekam dalam memori otak kami...

                Selamat jalan ibu semoga kau bahagia disana, kami disini akan slalu mendoakanmu, jangan pernah takut kami akan melupakanmu seperti yang engkau ucapkan waktu itu. Selamanya kami tak akan pernah melupakanmu dan selamanya kami akan terus menyanyangimu..

30 Oktober 2013

KAU


Awal aku mengenalmu , Dimataku kau adalah sosok malaikat tanpa sayap yang nyata.
Kesederhanaan mu, senyum ramahmu, Kebaikanmu , Kesholehanmu, sikap hormatmu membuatku kagum dan terjerat pesonamu.

Aku hanyalah Gadis polos dan bodoh yang tergila-gila padamu. Tak ada pria lain yang kutatap dengan tatapan kagum selain dirimu dan tak ada satupun pria yang sangat aku harapkan selain dirimu.

Tapi, lambat laun waktu menunjukkan siapa dirimu sebenarnya. Betapa naifnya dirimu dibalik sikap baikmu dan Kekuasaan yang kau miliki selama ini.

Kau sama saja dengan pria-pria lainnya. Perhatianmu selama ini tak hanya kau berikan padaku tapi , juga pada semua gadis polos dan bodoh yang lain dan nantinya akan berakhir menyedihkan dengan terperosok dalam pesonamu.

SADAR DIRI, ya mungkin seharusnya aku harus sadar diri sejak awal. Tapi, nasi tlah menjadi bubur . Saatnya berpaling meninggalkan pria seperti dirimu dan mencari pria yang lebih baik darimu.
Mungkin dengan cara ini Tuhan menegurku. Tanpa perlu aku mencari , Waktulah yang menunjukkan betapa piciknya dirimu slama ini.